Rasulullah Saw Sedang Menunggu Kami
Malam Asyura bagi Imam Husein dan sahabat-sahabat setianya adalah malam
munajat dan permohonan. Malam itu terdengar suara bacaan al-Quran dan
doa dari perkemahan para sahabat Imam Husein as.
Pada
akhir malam, Imam Husein as sedikit ketiduran. Setelah terbangun kepada
para sahabatnya beliau berkata, "Tahukah kalian aku bermimpi apa?"
Para sahabat berkata, "Engkau bermimpi apa, Wahai Putra Rasulullah?"
Imam berkata, "Aku bermimpi, ada sejumlah anjing menyerangku. Di antara
anjing-anjing itu ada seekor anjing memiliki dua warna dan ia lebih
buas dan dan lebih liar dari yang lainnya. Akan ketahuan di antara
musuh-musuh kita ada seorang yang bertanggung jawab akan membunuhku.
Seorang laki-laki yang wajahnya merah dan rambutnya pirang." (Syimr bin
Dziljausayan adalah orang yang wajahnya merah dan rambutnya pirang)
Kemudian beliau melanjutkan, "Setelah itu kakekku Rasulullah Saw
bersama sejumlah sahabatnya mendatangi aku dan berkata, "Putraku, kau
adalah syahidnya keluarga Muhammad (Aali Muhammad). Para penduduk langit
dan malakut saling mengucapkan selamat atas kedatanganmu. Kau besok
malam berada di sisiku. Maka bersegeralah dan ketahuilah bahwa di sini
mereka menunggumu."
Lalu Imam berkata, "Pekerjaan kami di dunia ini sudah selesai dan tiba saatnya untuk kembali."
Musuh yang Tak Kenal Rasa Kasihan
Imam Husein as tahu bahwa pasca syahadahnya, musuh-musuh tidak akan
mengasihi Ahli Bait dan sahabat-sahabatnya. Oleh karena itu, beliau
memerintahkan sahabat-sahabatnya untuk membuat Khandaq (galian) sekitar perkemahan.
Setelah penggalian selesai, galian itu mereka penuhi dengan ranting-ranting kering.
Hari Asyura setelah musuh melakukan penyerangan, ranting-ranting itu
dibakar supaya musuh tidak bisa mendekati perkemahan. Namun setelah
semua sahabat Imam Husein as mencapai syahadah dan beliau sendiri jatuh
tersungkur karena lemparan tombak dan sabetan pedang, musuh-musuh
menyerang perkemahan. Ketika itu Imam Husein as berkata, "Hai
orang-orang yang tak kenal Tuhan! Bila kalian tidak beragama, paling
tidak jadilah orang yang merdeka! Kalian berperang melawan saya, maka
jangan berurusan dengan para wanita dan anak-anak!"
Musuh-musuh saat itu mengurungkan niatnya menyerang perkemahan. Namun
setelah syahadahnya Imam Husein as dan selesainya perang yang tak
seimbang, mereka menyerang perkemahan, menawan para wanita dan anak-anak
dan membakar perkemahan.
Imam yang Penuh Kasih Sayang
Semua orang yang berada di sisi Imam Husein as menyaksikan beliau di
malam Asyura sampai pagi sibuk bermunajat kepada Allah. Mereka
menyaksikan beliau sibuk mengerjakan shalat dan beristighfar kepada
Allah. Mereka mendengarkan dan mendengarkan suara munajat Imam Husein.
Mereka mendengarkan beliau menenangkan hati saudara perempuannya Sayidah
Zainab as dan mengucapkan selamat tinggal kepadanya.
Di pertengahan malam Imam Husein as keluar dari tendanya mencabuti dan
mengumpulkan rumput-rumput berduri yang ada di medan perang...
Imam Husein as tahu bahwa setelah berakhirnya perang, musuh akan
menawan anak-anak dan para wanita. Oleh karena itu beliau mencabuti
duri-duri yang ada di situ supaya tidak menancap kaki-kaki telanjang
para tawanan dan jangan sampai membuat mereka tersiksa!
Darah yang Mengalir oleh Kezaliman
Ubaidullah putra Abul Fadhl Abbas mendatangi Imam Sajjad karena ada
urusan. Sejenak Imam Sajjad memandang Ubaidullah sampai akhirnya beliau
menangis. Tanpa berbicara apa-apa, Ubaidullah memandang Imam Sajjad
barang kali bisa memahami apa sebab beliau menangis. Beberapa detik
kemudian, dengan suara sedih Imam Sajjad berkata, "Bagi Rasulullah Saw
tidak ada hari yang lebih sulit dari hari Uhud. Pada hari itu pamannya
Hamzah, putra Abdul Muthalib, singa Allah dan singa Rasulullah telah
mencapai syahadah. Setelah hari kematian itu, anak pamannya Jakfar bin
Abi Thalib terbunuh."
Imam diam sejenak, kemudian
bernafas panjang dan berkata, "Dan tidak ada hari seperti hari Asyura di
mana tiga puluh orang yang mengaku dirinya sebagai umat Rasulullah
menyerang ayahku Husein as. Masing-masing dari mereka ingin mendekatkan
diri kepada Allah dengan menumpahkan darah Imam Husein. Namun ketika
Imam Husein mengingatkan mereka kepada Allah, mereka tidak
mempedulikannya sampai akhirnya darah beliau tumpah ke tanah oleh
kezaliman."
Berilah Minum Para Musuh Itu
Imam Husein as bersama sahabat-sahabatnya sampai ke dekat Kufah. Hur
bin Yazid mendapat tugas dari penguasa Kufah Ubaidullah bin Ziyad untuk
menghalang-halangi perjalanan Imam Husein as dan sahabat-sahabatnya.
Hur bersama seribu orang tentara mendekati rombongan Imam Husein as dan
berdiri menghalangi perjalanan mereka. Imam dan sahabat-sahabatnya
menyiapkan pedang dan berdiri di depan mereka. Cuaca sedikit demi
sedikit semakin panas dan Imam Husein mengetahui bahwa pasukan musuh
sedang kehausan. Kepada para pemuda sahabatnya Imam berkata,
"Bersegeralah memberi minum mereka dan kendaraannya!" Para pemuda
sahabat Imam Husein as memenuhi tempat-tempat air milik musuh dan
kuda-kuda serta onta-onta mereka.
Ali bin Tha'an salah
satu pasukan Hur berkata, "Aku adalah salah seorang pasukan Hur yang
terakhir sampai di sana. Kehausan membuat aku dan ontaku lemas dan tidak
tahan. Begitu Imam Husein as melihat keadaanku dan keadaan ontaku,
beliau berkata, "Dudukkan ontamu!"
"Aku mendudukkan
ontaku dan memberinya air. Kemudian Imam Husein dengan tangannya sendiri
meminumkan air ke mulutku dan membuatku segar."
Jangan Bunuh Dia
Imam Zainul Abidin berkata, "Pagi-pagi hari Asyura, ketika musuh
menghadap ayahku, beliau mengangkat kedua tangannya ke langit dan
berkata, "Ya Allah! Engkau adalah tempat sandaranku dalam setiap
kesedihan dan Engkau adalah harapanku dalam setiap kesulitan. Engkau
adalah kepercayaanku setiap saat kesulitan meliputiku. Apalagi ketika
kesedihan itu meliputi hati-hati yang lemah dan pemikiran di dalamnya
sedikit. Teman saat itu menjadi hina dan musuh saat itu menjadi gembira
dan aku mengadu kepadamu dalam hal ini. Alasannya karena aku tidak
percaya pada selain diri-Mu. Engkau telah menjauhkan kesedihan itu dan
menyelesaikannya. Engkau adalah pemilik setiap nikmat. Pemilik setiap
kebaikan dan puncak setiap harapan dan cita-cita."
Imam Zainul Abidin selanjutnya berkata, "Beberapa saat kemudian
sekelompok musuh dengan kudanya mengepung perkemahan kami. Begitu
mata-mata mereka menatap api di dalam galian, Syimr bin Dziljausyan
dengan suara lantang berkata, "Hai Husein! Tergesa-gesakah kau menuju ke
api sebelum Hari Kiamat?"
Ayahku berkata, "Siapakah laki-laki biadab ini? Sepertinya Syimr bin Dziljausyan?"
Kemudian berkata, "Hai anaknya penggembala kambing! Kau lebih layak untuk api ini!"
Salah satu sahabat Imam Husein ingin memanah Syimr. Namun Imam
mencegahnya. Dia berkata, "Wahai Putra Rasulullah! Biarkan saya kirim
dia ke dalam api neraka Jahannam!
Imam berkata, "Jangan panah dia, karena aku tidak suka sebagai pemula perang!"
Penjara Mukmin
Di hari Asyura di tengah-tengah pertempuran perang, para sahabat Imam
Husein as menyaksikan beliau bertempur melawan musuh dengan tanpa rasa
takut sedikitpun. Beliau tetap semangat. Kondisi Imam Husein as
sedemikian rupa sehingga semua sahabatnya merasa iri dan kepada
sesamanya saling mengatakan, "Lihatlah pemimpin kita tidak takut sama
sekali pada kematian!"
Kepada mereka Imam Husein as
berkata, "Tenanglah dan bersabarlah! Kematian bukan sesuatu yang
menakutkan. Bahkan ia adalah jembatan yang mengantarkan manusia dari
pelbagai kesulitan dan tekanan menuju kebun-kebun yang subur dan
nikmat-nikmat yang abadi. Siapakah di antara kalian yang tidak suka
keluar dari penjara menuju istana-istana yang mewah?"
Kemudian melanjutkan, "Namun kematian bagi musuh-musuh kalian tidak lain
adalah dipindahkannya mereka dari istana-istana mewah menuju penjara
dan azab yang kekal..."
Tentang janji Rasulullah
ayahku berkata, "Dunia adalah penjara bagi orang mukmin dan surga bagi
orang kafir. Kematian adalah jembatan orang mukmin menuju surganya dan
jembatan orang kafir menuju nerakanya."
Sumber:
"Sad Pand va Hekayat" Husein.
(IRIB Indonesia)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berkomentarlah Yang Baik dan Berintelektual