Siang hari bolong di gedung kecil nan sempit sebuah kampus negeri
terkemuka di Makassar, beberapa anak melantunkan lagu duka.Tepat di
depannya, barisan Ibu-ibu yang berdiri menangis tersendu-sendu mendengar
lagu yang menceritakan perjuangan Imam Husein di padang nan gersang
bernama Karbala.
Siang ini, tepat 1373 tahun yang
lalu, Imam Husein menghembuskan nafas terakhir diterjang anak panah,
tombak dan senjata tajam lainnya dari berbagai arah. Bersama keluarga
dan segelintir pengikutnya, cucu Rasulullah Saw itu menunaikan tugasnya
membela ajaran Islam yang dibajak oleh penguasa lalim. Putra Singa Arab
ini memilih mati syahid, dari pada harus berbaiat kepada penguasa
durjana yang menggunakan simbol-simbol agama untuk menindas orang lain.
Dari mulut Husein terucap, "Ya Allah, terimalah pengorbanan kecil ini."
Di tengah suasana khidmat itu, tiba-tiba datang segelintir orang
berjenggot dengan pakaian putih-putih mengacaukan konsentrasi peserta
yang siap mendengarkan ceramah . Dengan nada sangar para penyerobot itu
memicu kegaduhan. Suara keras memekakan telinga bergema, "Allahu Akbar,
Bubarkan Syiah!!."Seruan itu disambut damai dengan lantunan salawat yang
dikomando sang penceramah yang baru beberapa menit menyampaikan
pidatonya.
Di depan anak-anak dan perempuan yang mulai
diamankan panitia supaya menjauh dari massa penyerang, salah seorang
pria berjenggot dengan raut muka bengis merebut microphone dan berteriak
menyebut syiah sesat dengan klaim sepihak, fatwa MUI yang sudah
kadaluarsa dan validitasnya dipersoalkan banyak kalangan ulama dan
intelektual sendiri.
Batapa tidak, berbagai pertemuan
nasional dan internasional telah menyatakan bahwa Syiah bagian dari
Islam. Misalnya, Deklarasi Amman (9/11/2004) yang dideklarasikan bersama
oleh 200 ulama dari lebih 50 negara, menegaskan bahwa mazhab Syiah
(Ja'fari dan Zaidi) sebagai bagian dari Islam.
Di luar
gedung, massa yang hendak mengikuti acara dihalau oleh gerombolan
bermotor lengkap dengan helm dan pentungan. Akhirnya acara mengenang
perjuangan Imam Husein membela Islam dari kooptasi penguasa zalim itu
terpaksa diakhiri, meski baru berjalan 25 menitan. Peristiwa Karbala
terulang dalam bentuk lain, kekerasan kembali dilancarkan atas nama
agama oleh segelintir orang untuk menghentikan acara keagamaan pihak
lain.
Sehari sebelumnya, oknum massa dari ormas Islam
tertentu itu nyaris menggagalkan peringatan Asyura yang digelar di Jalan
Urip Sumoharjo, Makassar. Situs Detik melaporkan, sekitar seratus
anggota Front Pembela Islam (FPI) Sulawesi Selatan menyatroni gedung
Graha Pena, Jumat (23/11/2012) sekitar pukul 22.30. namun aksi mereka
berhasil dihalau oleh seratusan anggota Polsek Panakukang dan Satuan
Brimob Polda Sulsel yang bersenjata lengkap.
Tampaknya, apapun acara yang dilakukan oleh orang yang berbeda dengan
keyakinan mereka harus diberangus. Bagi mereka persatuan adalah
penyeragaman. Dan jika berbeda harus dimusnahkan. Bahkan seminar
persatuan umat Islam yang berlangsung tiga pekan lalu di Jantung
Indonesia Timur itu nyaris bernasib serupa.
Sekitar
sebulan lalu, aksi-aksi anarkis yang hampir serupa terjadi di sebuah
kampus Islam negeri Jawa Timur. Dialog tentang Syiah dihentikan setengah
jalan, gara-gara provokasi seorang oknum tokoh yang dikenal paling
getol menyebarkan virus-virus anti persatuan Islam di seantero pulau
Jawa. Oknum ini pulalah yang memprovokasi lahirnya fatwa sesat sepihak
terhadap syiah.
Sejarawan Muslim, Muhammad Ilham Fadli
memandang gelombang aksi anarkis terhadap kelompok sempalan Islam
dipicu oleh fatwa sesat sepihak yang muncul beberapa tahun belakangan.
Intelektual muda Minangkabau ini menilai fatwa sesat terhadap sesama
mazhab Islam itu muncul baru sekitar sepuluh tahunan terakhir. "Ini
tidak ada preseden sejarahnya," tutur Sekjur sejarah peradaban Islam
IAIN Imam Bonjol Itu.
Bagi dosen politik Islam ini,
para ulama dahulu seperti HAMKA tidak pernah mengeluarkan fatwa sesat
terhadap Ahmadiyah, apalagi Syiah. Menurutnya, fatwa sesat terhadap
Syiah muncul belakangan karena ulama terkooptasi politik penguasa. "Ada
kepentingan salah satu parpol yang menjual isu penyesatan ini,
"pungkasnya.
Sumber: (IRIB Indonesia/Purkon Hidayat)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berkomentarlah Yang Baik dan Berintelektual