Tawanan Karbala Tiba di Kufah
Tanggal 12 Muharam tahun 61 Hijriah, setelah Imam Husein dan para
pejuang Karbala gugur syahid, para anggota kafilah yang tersisa, yaitu
kaum perempuan, anak-anak, dan Imam Ali Zainal Abidin, yang saat itu
tengah sakit parah, digiring oleh pasukan Yazid ke kota Kufah.
Selain sebelumnya Ubaidillah bin Ziyad telah melakukan propaganda salah
untuk menentang Imam Husein as dan para keturunannya, dan
memperkenalkan beliau sebagai orang asing, kini ia juga mendorong rakyat
Kufah untuk hadir dalam pesta perayaan kemenangan.
Rakyat Kufah yang gembira atas kemenangan ini berdatangan ke
lorong-lorong dan pasar untuk melihat para tawanan. Namun tiba-tiba
kegembiraan sebagian besar dari mereka yang memiliki sedikit cahaya
keimanan di dalam kalbu berubah menjadi api kebencian dan kesedihan saat
mendengar pidato Imam Sajjad as dan bibinya, Zainab Kubra as yang
mencerahkan.
Selama berada di Kufah, kedua manusia
agung ini bersama mereka yang tersisa dari tragedi Karbala, berada di
antara rakyat sebagai tawanan perang dan berjalan di antara
kepala-kepala syuhada Karbala yang ditancapkan di ujung-ujung tombak.
Perlahan-lahan, para penduduk Kufah mempertanyakan keturunan dan asal
para tawanan ini. Mereka memasuki Darul Imarah dengan keraguan dan
pertanyaan-pertanyaan yang senada hingga akhirnya mendapatkan jawabannya
dalam pertemuan Ubaidullah bin Ziyad, penguasa bengis Kufah dan
penyebab utama kesyahidan Imam Husein as.
Di depan
kemarahan para tawanan dan penduduk, Ubaidillah bin Ziyad mengambil
tongkat kayu seraya memukul kepala mulia Imam Husein as dan menyatakan
bahwa kejadian ini merupakan kemenangan baginya di medan laga, dan
terbunuhnya Imam Husein merupakan kehendak-Nya. Saat itulah ia
mendapatkan jawaban yang mematikan dan sangat pedas dari Zainab as dan
Imam Ali bin Imam Husain as yang menyebabkan kehinaan Yazid dan para
keturunan Yazid.
Setelah sehari (atau beberapa hari,
menurut sebuah riwayat) Ibnu Ziyad membawa kepala-kepala para syuhada
untuk berkeliling di lorong-lorong dan tempat-tempat di Kufah, ia
kemudian mengirimkan mereka ke Yazid bin Muawiyah di Syam. Setelah itu,
menyerahkan para tawanan pada tanggung jawab Mukhaddhar bin Tsa'labah
‘Aidzi dan Syimr bin Dzil Jausyan untuk membawa mereka ke Syam. Ia
memerintahkan supaya tubuh Zainal Abidin as diikat, kedua tangannya
dikuncikan di leher, kemudian dinaikkan ke atas seekor unta yang tak
berperlengkapan.
Imam Ali Zainal Abidin Syahid
Tanggal 12 Muharam tahun 95 Hijriah (dalam sebuah riwayat), Imam Ali
Zainal Abidin, putra Imam Husain as, yang terkenal dengan nama Imam
Sajjad, gugur syahid. Imam Sajjad adalah salah satu saksi peristiwa
Karbala. Saat itu, beliau sakit keras sehingga tidak bisa ikut bertarung
melawan pasukan Yazid. Setelah gugur syahidnya Imam Husein di Karbala,
tampuk imamah diambil alih oleh Imam Sajjad as.
Sepanjang hidupnya, Imam Sajjad selalu berjuang menyebarkan ajaran Islam
yang hakiki dan menyampaikan pesan perjuangan Karbala. Imam Sajjad
dikenal sebagai orang yang sangat rajin beribadah dan bermunajat kepada
Allah. Doa-doa indah yang sering beliau ucapkan, dikumpulkan dalam
sebuah buku berjudul "Sahifah Sajjadiah".
Sumber: (IRIB Indonesia)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berkomentarlah Yang Baik dan Berintelektual