SUBA SE SALAM SE JO NGON MOI MOI

Minggu, 25 November 2012

10 Muharam, Hari Asyura, Tragedi Pembantaian Imam Husein as

Hari Asyura, Tragedi Pembantaian Imam Husein as
 
Setelah menunaikan shalat Subuh bersama para sahabatnya, Imam Husein as berkata, " ... Allah telah memerintahkan pada kesyahidanku dan kesyahidan kalian. Selamat atas kalian yang memilih kesabaran."
 
Imam Husein as memerintahkan Zuhair bin Qain untuk memegang komando pasukan sebelah kanan, dan Habib bin Mazhahir, pasukan sebelah kiri. Sementara bendera berada di tangan saudaranya, Abbas.
 
Kendati pasukan musuh telah mendekati perkemahan, namun Imam Husein as belum memerintahkan untuk melemparkan anak panah. Beliau berkata, "Aku tidak ingin memulai perang dengan pasukan ini."
 
Umar bin Saad meletakkan anak panah di panahnya dan melontarkannya ke arah para sahabat Imam Husein seraya berkata, "Saksikanlah bahwa akulah orang pertama yang melemparkan anak panah ke arah pasukan Husein." Kemudian tindakan ini diikuti oleh para pasukan Umar bin Saad. Mereka membidik para sahabat Imam Husein as dari segala arah.
 
Imam Husein as berkata, "Bangkitlah wahai para sahabatku, dan bergegaslah menuju kesyahidan! Allah akan mengampuni kalian."
 
Pada serangan pertama, lebih dari empat puluh sahabat Imam Husein as gugur syahid. Selebihnya, secara bergilir satu persatu dari mereka maju ke medan pertempuran untuk bergegas menyambut kesyahidan. Ketika seluruh sahabat telah gugur, tibalah giliran keturunan Bani Hasyim untuk maju ke medan laga. Namun mereka pun mereguk madu kesyahidan, tanpa tersisa.
 
Kini Imam Husein as sendirian, tak berteman. Dengan pandangan penuh haru,beliau memandang ke arah jasad-jasad suci para sahabatnya dan memanggil mereka satu persatu, kemudian bergerak ke arah perkemahan untuk mengucapkan perpisahan terakhir. Setelah itu, beliau lantas mengeluarkan pedang dari sarungnya, berdiri berhadapan dengan musuh, dan memulai peperangan yang tak seimbang.
 
Musuh segera mengepungnya dari segala arah. Tiba-tiba, sebuah anak panah bercabang tiga mengenai dada sebelah kirinya, menancap tepat di jantungnya, sementara tubuh sucinya dipenuhi oleh anak-anak panah yang menancap. Imam Husein as tersungkur jatuh, gugur syahid. Ruhnya yang mulia bergabung ke alam malakut yang tinggi. Jeritan para wanita dan anak-anak, bahkan para malaikat membahana, mengharu biru dan memenuhi belantara langit.
 
Tragedi Petang Hari Asyura
 
Sore hari kesepuluh, setelah kesyahidan Imam Husein as,Umar bin Saad memerintahkan laskarnya untuk merampas, menjarah, membakar perkemahan dan menyiksa para keluarga kenabian. Dengan membabi buta mereka segera menaati perintah ini. Mereka menyerbu ke arah perkemahan Imam Husein as, menjarah peralatan, pakaian dan unta-unta, dan kadang kala tanpa malu terlihat tengah merebut dan mengambil paksa pakaian dari tangan seorang wanita Ahlul Bait as. Putri-putri Rasulullah Saw dan keluarga Imam Husein as keluar dari perkemahan, menangis dan menjerit karena kehilangan para pelindung dan orang-orang yang mereka kasihi.
 
Setelah itu, dengan kepala terbuka, kaki telanjang dan pakaian-pakaian yang telah terjarah, keluarga ini menjadi tawanan Umar bin Saad. Perempuan-perempuan agung ini berkata, "Lewatkanlah kami dari tempat terbunuhnya Imam Husein as."Saat pandangan mereka jatuh ke jasad para syuhada, kembali terdengar jeritan dan raungan yang membahana.
 
Setelah peristiwa ini, Umar bin Saad yang terlaknat, mengumumkan pada laskarnya, "Siapakah diantara kalian yang bersedia menginjak-injak punggung dan dada Husein dengan kuda?!" Sepuluh orang bangkit menyatakan kesediaannya, dan mulai mengarahkan kuda-kudanya untuk menginjak-injak tubuh mulia Imam Husein as.
 
Sore itu juga, Umar bin Saad memerintah pasukan Khuli bin Yazid Ashbahi dan Hamid bin Muslim Azdi untuk mengirimkan kepala mulia Imam Husein as ke Ubaidillah bin Ziyad di Kufah. Sementara yang lainnya mengumpulkan kepala-kepala para sahabat dan keluarga beliau yang berjumlah tujuh puluh dua kepala, kemudian mengirimkan seluruh kepala ini ke Kufah bersama Syimr bin Dzil Jausyan dan Qais bin Asy'ats. Setelah itu, mereka mulai mencaripasukannyayang terbunuh lalu menguburkannya. Namun jenazah Imam Husein dan para sahabatnya yang tak berkepala tetap dalam keadaan telanjang di sahara Karbala sampai hari kedua belas Muharam, hingga akhirnya kabilah Bani Asad menguburkan mereka atas arahan Imam Sajjad as.
 
Makam Imam Ridha Dibom Teroris
 
Tanggal 10 Muharram tahun 1415 Hijriah, sebuah bom meledak di makam Imam ‎Ridha as, imam kedelapan para pengikut Ahlul Bait Rasulullah. Bom tersebut ‎dipasang oleh kelompok teroris Mujahidin Khalq (MKO).
 
Pada hari itu, kompleks ‎makam Imam Ridha penuh sesak dikunjungi para peziarah yang tengah ‎memperingati hari Asyura atau hari gugur syahidnya Imam Husein as. Puluhan ‎peziarah gugur syahid dalam peristiwa terorisme ini dan makam Imam Ridha as ‎rusak berat.
 
Ubaidillah bin Ziyad Tewas di Tangan Ibrahim bin Malik Al-Asytar
 
Pada hari Asyura tahun 67 Hq, enam tahun setelah peristiwa Karbala, tepat hari dimana pasukan Yazid di bawah komando Ubaidillah bin Ziyad menciptakan tragedi kemanusiaan dan Imam Husein as bersama para sahabatnya gugur syahid.
 
Waktu itu pasukan Abdul Malik bin Marwan yang dipimpin oleh Ubaidillah bin Ziyad berhadap-hadapan dengan laskar Mukhtar bin Abi Ubaidah Tsaqafi yang dipimpin oleh Ibrahim bin Malik al-Asytar di tepi sungai Khadzir, yang jaraknya 4 farsakh dari kota Mosul. Dua pasukan berperang dan menyebabkan banyak yang terbunuh.
 
Pasukan Syam yang kehilangan 70 ribu tentara mulai terlihat tanda-tanda kekalahannya dan akhirnya menerima kekalahan. Peristiwa paling penting dari perang ini adalah tewasnya Ubaidillah bin Ziyas, Komandan Laskar Syam di tangan Ibrahim bin Malik al-Asytar. Waktu itu Ibrahim Malik al-Asytar menebaskan pedangnya sekali dengan sekuat tenaga sehingga, tubuh Ubaidillah bin Ziyad terpisah menjadi dua di bagian pinggang dan tewas seketika.
 
Dalam perang ini juga Syimr bin Dziljausyah tewas di tangan pasukan Ibrahim Malik al-Asytar. 

Sumber: (IRIB Indonesia)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berkomentarlah Yang Baik dan Berintelektual