Hari Asyura, Tragedi Pembantaian Imam Husein as
Setelah menunaikan shalat Subuh bersama para sahabatnya, Imam Husein as
berkata, " ... Allah telah memerintahkan pada kesyahidanku dan
kesyahidan kalian. Selamat atas kalian yang memilih kesabaran."
Imam Husein as memerintahkan Zuhair bin Qain untuk memegang komando
pasukan sebelah kanan, dan Habib bin Mazhahir, pasukan sebelah kiri.
Sementara bendera berada di tangan saudaranya, Abbas.
Kendati pasukan musuh telah mendekati perkemahan, namun Imam Husein as
belum memerintahkan untuk melemparkan anak panah. Beliau berkata, "Aku
tidak ingin memulai perang dengan pasukan ini."
Umar
bin Saad meletakkan anak panah di panahnya dan melontarkannya ke arah
para sahabat Imam Husein seraya berkata, "Saksikanlah bahwa akulah orang
pertama yang melemparkan anak panah ke arah pasukan Husein." Kemudian
tindakan ini diikuti oleh para pasukan Umar bin Saad. Mereka membidik
para sahabat Imam Husein as dari segala arah.
Imam Husein as berkata, "Bangkitlah wahai para sahabatku, dan bergegaslah menuju kesyahidan! Allah akan mengampuni kalian."
Pada serangan pertama, lebih dari empat puluh sahabat Imam Husein as
gugur syahid. Selebihnya, secara bergilir satu persatu dari mereka maju
ke medan pertempuran untuk bergegas menyambut kesyahidan. Ketika seluruh
sahabat telah gugur, tibalah giliran keturunan Bani Hasyim untuk maju
ke medan laga. Namun mereka pun mereguk madu kesyahidan, tanpa tersisa.
Kini Imam Husein as sendirian, tak berteman. Dengan pandangan penuh
haru,beliau memandang ke arah jasad-jasad suci para sahabatnya dan
memanggil mereka satu persatu, kemudian bergerak ke arah perkemahan
untuk mengucapkan perpisahan terakhir. Setelah itu, beliau lantas
mengeluarkan pedang dari sarungnya, berdiri berhadapan dengan musuh, dan
memulai peperangan yang tak seimbang.
Musuh segera
mengepungnya dari segala arah. Tiba-tiba, sebuah anak panah bercabang
tiga mengenai dada sebelah kirinya, menancap tepat di jantungnya,
sementara tubuh sucinya dipenuhi oleh anak-anak panah yang menancap.
Imam Husein as tersungkur jatuh, gugur syahid. Ruhnya yang mulia
bergabung ke alam malakut yang tinggi. Jeritan para wanita dan
anak-anak, bahkan para malaikat membahana, mengharu biru dan memenuhi
belantara langit.
Tragedi Petang Hari Asyura
Sore hari kesepuluh, setelah kesyahidan Imam Husein as,Umar bin Saad
memerintahkan laskarnya untuk merampas, menjarah, membakar perkemahan
dan menyiksa para keluarga kenabian. Dengan membabi buta mereka segera
menaati perintah ini. Mereka menyerbu ke arah perkemahan Imam Husein as,
menjarah peralatan, pakaian dan unta-unta, dan kadang kala tanpa malu
terlihat tengah merebut dan mengambil paksa pakaian dari tangan seorang
wanita Ahlul Bait as. Putri-putri Rasulullah Saw dan keluarga Imam
Husein as keluar dari perkemahan, menangis dan menjerit karena
kehilangan para pelindung dan orang-orang yang mereka kasihi.
Setelah itu, dengan kepala terbuka, kaki telanjang dan pakaian-pakaian
yang telah terjarah, keluarga ini menjadi tawanan Umar bin Saad.
Perempuan-perempuan agung ini berkata, "Lewatkanlah kami dari tempat
terbunuhnya Imam Husein as."Saat pandangan mereka jatuh ke jasad para
syuhada, kembali terdengar jeritan dan raungan yang membahana.
Setelah peristiwa ini, Umar bin Saad yang terlaknat, mengumumkan pada
laskarnya, "Siapakah diantara kalian yang bersedia menginjak-injak
punggung dan dada Husein dengan kuda?!" Sepuluh orang bangkit menyatakan
kesediaannya, dan mulai mengarahkan kuda-kudanya untuk menginjak-injak
tubuh mulia Imam Husein as.
Sore itu juga, Umar bin
Saad memerintah pasukan Khuli bin Yazid Ashbahi dan Hamid bin Muslim
Azdi untuk mengirimkan kepala mulia Imam Husein as ke Ubaidillah bin
Ziyad di Kufah. Sementara yang lainnya mengumpulkan kepala-kepala para
sahabat dan keluarga beliau yang berjumlah tujuh puluh dua kepala,
kemudian mengirimkan seluruh kepala ini ke Kufah bersama Syimr bin Dzil
Jausyan dan Qais bin Asy'ats. Setelah itu, mereka mulai
mencaripasukannyayang terbunuh lalu menguburkannya. Namun jenazah Imam
Husein dan para sahabatnya yang tak berkepala tetap dalam keadaan
telanjang di sahara Karbala sampai hari kedua belas Muharam, hingga
akhirnya kabilah Bani Asad menguburkan mereka atas arahan Imam Sajjad
as.
Makam Imam Ridha Dibom Teroris
Tanggal 10 Muharram tahun 1415 Hijriah, sebuah bom meledak di makam
Imam Ridha as, imam kedelapan para pengikut Ahlul Bait Rasulullah. Bom
tersebut dipasang oleh kelompok teroris Mujahidin Khalq (MKO).
Pada hari itu, kompleks makam Imam Ridha penuh sesak dikunjungi para
peziarah yang tengah memperingati hari Asyura atau hari gugur syahidnya
Imam Husein as. Puluhan peziarah gugur syahid dalam peristiwa
terorisme ini dan makam Imam Ridha as rusak berat.
Ubaidillah bin Ziyad Tewas di Tangan Ibrahim bin Malik Al-Asytar
Pada hari Asyura tahun 67 Hq, enam tahun setelah peristiwa Karbala,
tepat hari dimana pasukan Yazid di bawah komando Ubaidillah bin Ziyad
menciptakan tragedi kemanusiaan dan Imam Husein as bersama para
sahabatnya gugur syahid.
Waktu itu pasukan Abdul Malik
bin Marwan yang dipimpin oleh Ubaidillah bin Ziyad berhadap-hadapan
dengan laskar Mukhtar bin Abi Ubaidah Tsaqafi yang dipimpin oleh Ibrahim
bin Malik al-Asytar di tepi sungai Khadzir, yang jaraknya 4 farsakh
dari kota Mosul. Dua pasukan berperang dan menyebabkan banyak yang
terbunuh.
Pasukan Syam yang kehilangan 70 ribu tentara
mulai terlihat tanda-tanda kekalahannya dan akhirnya menerima
kekalahan. Peristiwa paling penting dari perang ini adalah tewasnya
Ubaidillah bin Ziyas, Komandan Laskar Syam di tangan Ibrahim bin Malik
al-Asytar. Waktu itu Ibrahim Malik al-Asytar menebaskan pedangnya sekali
dengan sekuat tenaga sehingga, tubuh Ubaidillah bin Ziyad terpisah
menjadi dua di bagian pinggang dan tewas seketika.
Dalam perang ini juga Syimr bin Dziljausyah tewas di tangan pasukan Ibrahim Malik al-Asytar.
Sumber: (IRIB Indonesia)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berkomentarlah Yang Baik dan Berintelektual