Pengaruh Melanggar Perintah Allah
Seseorang menulis surat kepada Imam Husein as dan meminta kepada beliau agar menasihatinya dengan kalimat yang singkat.
Imam Husein as menjawab suratnya:
"Seseorang yang berusaha meraih sesuatu lewat jalan melanggar perintah
Allah Swt, maka apa yang diharapkannya dengan cepat terlepas dari
tangannya, sementara apa yang ditakutinya segera menghampirinya."
(Tsiqah al-Islam Kulaini, al-Kafi, Tehran, Entesharat Eslami, 1397 Hq,
cet 2, 2/373)
Setiap kali seseorang ingin melakukan
perbuatan baik, maka hal penting yang harus diperhatikannya adalah
menjaga agar pendahuluan perbuatan baik itu sesuai dengan tujuan
perbuatan itu sendiri. Sama seperti keinginan seseorang yang ingin
membangun sebuah gedung yang kokoh dan indah. Demi merealisasikannya,
maka material bangunan dan alat yang dipakai harus sesuai dengan tujuan
pembuatan gedung itu. Bila orang itu tidak menggunakan material yang
baik dan berkualitas, maka tidak dapat diharapkan ia dapat membuat
sebuah gedung yang layak dan sesuai dengan keinginannya. Oleh karenanya,
selama material batu bata tidak berasal dari bahan yang benar, maka
pembuatan dinding tidak akan kokoh.
Begitu juga ketika
manusia melakukan pekerjaan dengan cara melanggar perintah Allah Swt.
Secara lahiriah orang itu memang benar meraih keuntungan, mampu mencegah
kerugian dan mencapai tujuan yang diinginkannya. Namun pada hakikatnya
ia meraih satu hal tapi kehilangan sesuatu yang lebih penting. Karena
pada gilirannya pengaruh dosa yang dilakukannya akan mencengkeramnya.
Kebaikan hakiki tidak akan pernah sampai kepada pelaku dosa. Selain itu,
harus diketahui bahwa pengaruh dosa dan melanggar perintah Allah Swt
akan memunculkan kemurkaan Allah Swt. Bila Allah telah murka, maka orang
yang mendapat murka-Nya akan terjauhkan dari kebaikan dan semakin dekat
kepada bencana dan kesulitan.
Manusia dalam
kehidupannya harus senantiasa melangkah di jalan yang mendekatkan
dirinya kepada Allah Swt. Dalam kondisi yang demikian, Allah juga akan
memperbaiki kekurangan dalam pekerjaannya dan mencukupi kebutuhannya.
Dengan demikian, sudah selayaknya bagi manusia untuk tetap berharap
kepada rahmat dan kehendak ilahi. Manusia harus percaya bahwa kekuasaan
Allah Swt berada di atas kekuatan yang ada dan dengan kekuasaan-Nya
Allah mampu mengabulkan keinginannya sekalipun dalam kondisi yang paling
sulit, bahkan yang di luar dari jangkauan pemikiran manusia.
Sumber: (IRIB
Indonesia)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berkomentarlah Yang Baik dan Berintelektual