KELUARGA
IBRAHIM
Alquran
bersaksi bahwa Sarah, istri nabi Ibrahim a.s., diberkahi oleh para malaikat dan
diberi kabar gembira bahwa dia akan melahirkan dua nabi Allah:
Dan
istrinya berdiri lalu dia tersenyum, maka Kami sampaikan kepadanya berita gembira
tentang (kelahiran) Ishak dan dari Ishak (akan lahir) Yakub. Istrinya berkata: “Sungguh mengherankan,
apakah aku akan melahirkan anak padahal aku adalah seorang perempuan tua dan
suamiku pun dalam keadaan yang sudah tua pula? Sesungguhnya ini benar-benar
suatu yang sangat aneh.” Para malaikat itu berkata: “Apakah kamu merasa heran
dengan ketetapan Allah? Rahmat dan keberkahan Allah dicurahkan kepada kalian
wahai ahlulbait! Sesungguhnya Allah Maha Terpuji lagi Maha Pemurah.” (11: 71-73)
Karena
keberkahan dan rahmat Allah diberikan kepada keluarga Ibrahim, ayat di atas
menjadi alat tendensius bagi beberapa komentator untuk mencari argumen dan
memasukkan istri-istri nabi saw. ke dalam istilah ahlulbait. Mereka beranggapan
karena Sarah istri nabi Ibrahim termasuk ke dalam istilah ahlulbait dalam ayat
di atas, maka seluruh istri nabi saw. juga termasuk ke dalam surah Al-Ahzab
ayat 33 yang berkaitan dengan kemurnian dan keutamaan ahlulbait Nabi Muhammad
saw.
Namun,
sengaja atau tidak, para komentator itu mengabaikan pentingnya ucapan malaikat.
Jika Sarah, istri Ibrahim, dimasukkan ke dalam istilah ahlulbait yang digunakan
dalam ayat di atas, hal itu bukan karena dia istri Ibrahim, tapi karena dia
akan menjadi ibu dari dua nabi (Ishak dan Yakub). Sarah disebut oleh malaikat
dalam ayat di atas sebagai anggota ahlulbait, setelah dia menerima anugerah
bahwa dia mengandung Nabi Ishak a.s.
Hubungan
pernikahan antara pria dan wanita merupakan kondisi sementara dan bisa berhenti
kapan saja. Istri tidak bisa menjadi pasangan yang kekal bagi suami dan masuk
ke dalam amanat surgawi yang diberkahi dengan keunggulan, kecuali dia membawa
putra yang menjadi seorang nabi atau imam. Dengan demikian, jika kita
menganggap Sarah sebagai anggota keluarga, hal itu hanya karena dia akan
menjadi ibu dari Ishak, bukan istri Ibrahim. Ayat 71-73 yang dikutip di atas
menunjukkan bahwa Sarah disapa di antara ahlulbait setelah dia tahu bahwa dia
memiliki Ishak a.s.
KELUARGA
IMRAN
Demikian
juga, Alquran menyebut ibu nabi Musa di antara ahlulbait Imran. Lagi-lagi,
sebagaimana yang bisa kita lihat di ayat berikut, penekanan di sini adalah ibu
dari nabi Musa dan bukan istri Imran:
Kami
cegah Musa dari menyusu kepada perempuan-perempuan yang mau menyusui sebelum
itu; maka berkatalah saudari Musa: “Maukah kamu aku tunjukkan kepadamu
ahlulbait yang akan memeliharanya untukmu dan mereka dapat berlaku baik
kepadanya?”
Maka kami kembalikan Musa kepada ibunya, supaya senang hatinya dan tidak
berduka cita dan supaya ia mengetahui bahwa janji Allah itu adalah benar,
tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya. (28: 12-13)
Ibu
nabi Musa disebut sebagai ahlulbait bukan sebagai istri Imran, tapi karena
menjadi ibu dari Musa, karena para istri tunduk terhadap perceraian dan bisa
digantikan dengan wanita yang lebih baik (Quran 66: 5) sebagaimana yang
dikatakan oleh Zaid bin Arqam. Hal ini diilustrasikan oleh istri nabi Nuh dan
Luth; meskipun mereka adalah istri dari hamba-hamba Allah, mereka tidak
dianggap
sebagai ahlulbait. Mereka binasa bersama umat tersisa. Zaid bin Arqam berkata: “Ahlulbait nabi adalah
garis silsilah dan keturunan (yang berasal dari darah dagingnya) yang
diharamkan menerima zakat.”
Istri
Imran berada di garis Musa, sebagaimana istri Ibrahim berada di garis Ishak dan
Yakub. Demikian pula, jika Fatimah berada di antara ahlulbait nabi saw., hal
ini bukan hanya karena dia putri dari nabi saw., tapi juga ibu dari dua imam.
KELUARGA
NUH
Nuh
berseru kepada Tuhannya sambil berkata: “Ya Tuhanku, sesungguhnya anakku termasuk
keluargaku, dan sesungguhnya janji Engkau itulah yang benar. Dan Engkau adalah
Hakim yang seadil-adilnya.” Allah berfirman: “Hai Nuh, sesungguhnya dia bukanlah termasuk keluargamu (yang dijanjikan
akan diselamatkan), sungguh perbuatannya tidak baik. Sebab itu janganlah kamu
memohon kepada-Ku sesuatu yang kamu tidak mengetahuinya. Sesungguhnya Aku
memperingatkan kepadamu supaya kamu jangan termasuk orang-orang yang tidak
berpengetahuan.” (11: 45-46)
Abul
Ala Maududi menulis dalam komentarnya terkait ayat di atas:
Jika
bagian dari tubuh seseorang membusuk dan ahli bedah memutuskan untuk
memotongnya, ia tidak akan mematuhi permintaan pasien yang berkata, “Jangan potong, karena itu
bagian dari tubuhku!”. Ahli bedah akan menjawab, “Ia bukan lagi bagian dari tubuhmu karena
ia membusuk.”
Begitu juga ketika seorang ayah yang baik diberi tahu bahwa putranya berlaku
tidak baik, itu berarti untuk mengimplikasikan bahwa usaha yang dilakukan untuk
membawa dia sebagai anak yang baik telah sia-sia dan berakhir dengan kegagalan.
Referensi
suni:
Komentar
Quran oleh Abul Ala Maududi (diterbitkan oleh the Islamic Publications (Pvt)
Limited), h. 367, tentang ayat 11:45-46
Nabi
Nuh a.s. memohon untuk putranya dan jawabannya adalah putra itu tidak pantas
menjadi anaknya. Melalui ayat tersebut, hal ini menjadi jelas bahwa meskipun
seseorang berasal dari darah dan daging yang sama, lahir melalui orang tua yang
sama, tapi jika ia tidak memiliki kualitas yang baik yang dimiliki orang tuanya
maka dia tidak memiliki saham dari orang tuanya (sebagaimana disebut dalam ayat
kedua di atas). Nuh memiliki tiga putra, Ham, Sam, dan Yafet yang beriman dan
bersama istri mereka memasuki bahtera dan selamat, sedangkan Kan’an adalah putra Nuh dari
istri yang berbeda yang tidak beriman dan musnah bersama putranya.
Dapat
disimpulkan bahwa jika seseorang tidak memiliki kebaikan iman yang benar pada
Allah, meskipun dia putra rasul, dia tidak berada dalam saham orang tua;
lahirnya dia yang berasal dari orang tua tertolak, bahkan hak untuk berada di
bumi Allah juga ditarik darinya, dan musnahlah dia.
Oleh
karena itu, meskipun seseorang itu putra dari nabi Allah, kurangnya kebajikan
membuatnya tidak diakui sebagai bagian dari ‘itrah keluarga kerasulan.
Karena alasan inilah istilah ahlulbait terbatas pada anggota keluarga nabi yang
layak dan tidak meliputi semua orang yang lahir dari darahnya. Ahlulbait
hanyalah pribadi-pribadi di antara keturunan nabi yang juga memiliki kedekatan
karakter dan pencapaian spiritual sepenuhnya bersama nabi saw.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berkomentarlah Yang Baik dan Berintelektual